Sabtu, 23 Oktober 2010

Kluwek "Si Hitam" yang penuh khasiat

Kluwek
Kluwek,  keluwek, keluak, kluak atau kepayang (Pangium edule Reinw. ex Blume; suku Achariaceae, dulu dimasukkan dalam Flacourtiaceae) adalah tumbuhan berbentuk pohon yang tumbuh liar atau setengah liar. Orang Sunda menyebutnya picung atau pucung (begitu pula sebagian orang Jawa Tengah) dan di Toraja disebut panarassan. Biji kepayang yang dijual di pasar dipakai sebagai bumbu dapur masakan Indonesia yang memberi warna hitam pada rawon, daging bumbu kluwek, brongkos, serta sup konro. Bijinya, yang memiliki salut biji yang bisa dimakan, bila mentah sangat beracun karena mengandung asam sianida dalam konsentrasi tinggi. Bila dimakan dalam jumlah tertentu menyebabkan pusing (mabuk). Racun pada biji ini dapat dipakai sebagai racun untuk mata panah. Biji ini aman diolah untuk makanan bila telah direbus dan direndam terlebih dahulu.Ungkapan "mabuk kepayang" dalam bahasa Melayu maupun bahasa Indonesia digunakan untuk menggambarkan keadaan seseorang yang sedang jatuh cinta sehingga tidak mampu berpikir secara logis.
Pohon kluwek

Pohon kepayang tingginya 40 meter dan diameter batangnya 2,5 meter. Tumbuh liar di daerah 1000 m dpl (di atas Permukaan laut) di seluruh Indonesia. Tanaman ini merupakan khas vegetasi dari Indonesia. Jika ada di negara lain berarti sudah diekspor.Pohon kepayang ini juga bernilai ekonomi, dengan berat jenis 450-1000kg.m-3. Adapun kegunaan  pohon kepayang diantaranya:
  1. Kayunya digunakan untuk membuat batang korek api.
  2. Daunnya sebagai obat cacing.
  3. Bijinya sebagai antiseptik.
  4. Bijinya dihaluskan dapat menghilangkan kutu pada kerbau.
  5. Biji keluwek dapat dibuat minyak sebagai pengganti minyak kelapa.
  6. Kluwek bisa dugunakan sebagai pengawet ikan: untuk 50 kg tangkapan ikan, digunakan 1 kg biji kluwek yang telah dicacah dan dicampur garam sebanyak 1 kg, campuran dilumurkan pada hasil tangkapan, dan disimpan dalam ember plastik tertutup. Asam sianida biji kluwak akan mengawetkan ikan selama 6 hari, setiap hari dibuka selama 5 menit untuk menguapkan sianidanya.

Selain sebagai bumbu masak dapur yaitu untuk pembuatan rawon (akan dibahas pada artikel selanjutnnya), biji buah kluwek juga bisa dimanfaatkan sebagai pengawet alami ikan segar. Prof John Haluan, Guru Besar Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa kombinasi 2 % biji buah kluwek dan 2% garam dari total berat ikan telah mampu mengawetkan ikan kembung segar selama 6 hari tanpa mengubah mutu.

Selain sebagai pengawet, biji kluwek juga mengandung senyawa antioksidan dan golongan flavonoid. Senyawa antioksidan yang berfungsi sebagai antikanker dalam biji kluwek antara lain vitamin C, ion besi, dan B karoten. Sedangkan golongan flavonoid biji pucung yang memiliki aktivitas antibakteri yakni asam sianida, asam hidnokarpat, asam khaulmograt, asam gorlat dan tanin. Khusus senyawa asam sianida dan tanin, kedua senyawa inilah yang mampu memberikan efek pengawetan terhadap ikan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan, asam sianida biji pucung ini sangat beracun. Oleh karena itu, jangan melakukan proses pengawetan di hadapan ayam atau binatang ternak. Sebab bila asam sianida ini terhirup langsung hewan ternak bisa mengakibatkan kematian.

Jumat, 22 Oktober 2010

Pewarna alami ada di sekitar kita



Bunga Telang
Warna pada makanan atau minuman memang kadang memberikanpenampilan lain yang lebih menarik. Pewarna makanan alami adalahsebuah zat warna alami (pigmen) yang didapat dari tumbuhan, hewan, atausumber mineral. Ada 2 (dua) jenis zat warna yang biasa digunakan dalampengolahan pangan, yaitu pewarna alami dan sintetis. Kebanyakan kitayakin, kalau pewarna alami, akan lebih aman dari pada pewarnasintetis. Karena pewarna alami umumnya aman dan tidak menimbulkanefek samping bagi tubuh. Bersifat tidak cukup stabil terhadap panas, cahaya, dan pH tertentu. 
Adapun kelemahan pada pewarna makanan alami memang sering menjadi kendala para pengolah makanan. Karena zat warna alami cenderung memberikan rasa dan flavour khas yang tidak diinginkan. Konsentrasi dan stabilitas pigmen rendah, keseragaman warna kurang baik, serta spectrum warna yang tidak seluas pewarna sintetis. Sementara, pewarna sintetis memiliki keunggulan seperti kekuatan warnanya yang lebih kuat, lebih seragam, lebih stabil, dan biasanya lagi, harganya lebih murah. Namun dari segi keamanannya, memang pewarna alami jauh lebih sehat dari pada pewarna sintetis. Untuk pewarna sisntetis akan dibahas lebih detail di artikel selanjutnya.

Rosella

Adapun jenis tanaman  yang bisa dijadikan pewarna alami yang terdapat di lingkungan sekitar kita dan dapat dibuat sendiri diantaranya :
1.      Daun suji biasa dipakai sebagai pemberi warna hijau pada makanan. Karena keindahan bentuk daunnya, tanaman ini seringkali digunakan sebagai tanaman hias. Agar lebih sempurna, daun suji seringkali dicampur dengan daun pandan sehingga selain memberi warna sekaligus juga memberi aroma harum pada makanan, kue dan minuman.
2.      Bunga telang berwarna biru keunguan yang banyak tumbuh di Asia. Warna biru keunguannya dapat digunakan sebagai pewarna alami biru pada panganan.
3.      Kunyit menghasilkan warna kuning,untuk memperoleh warna kuning dari kunyit dengan cara diparut sampai halus, diperas atau dicampurkan langsung ke makanan.
4.      Kluwek menghasilkan warna hitam biasanya untuk tambahan rawon (masakan khas jawa timur yang akan kita bahas pada artikel selanjutnya). kluwak kwalitas baik dipecahkan, lalu diambil daging buahnya untuk kemudian dihaluskan dan dicampur dengan bumbu lainnya.
5.      Warna merah, Bisa dibuat dari beras merah (anggak) yang haluskan. Buah stroberi dan buah tomat, demikian pula dengan kulit rosella dan buah manggis yang bisa dipakai kulitnya setelah kemudian dihancurkan kemudian di saring, diuapakan, dikeringkan, dan akhirnya terbentuk pigmen berwarna merah.
Kluwek
 Daya tarik produk makanan olahan sangat banyak dipengaruhi oleh warnanya. Warna-warna cemerlang bahan pewarna buatan cukup mempesona, sehingga penggunaannya meluas. Namun kini mulai terlihat kecenderungan industri makanan dan minuman olahan dan konsumen mulai beralih kembali ke bahan pewarna alami. Tekanan terhadap bahan pewarna buatan (kimiawi) semakin meluas berbarengan dengan tuntutan konsumen yang semakin kuat bagi penyediaan makanan sehat, alami, aman dan bermutu. Ini menyangkut penggunaan bahan tambahan pangan, termasuk bahan pewarna oleh industri pengolahan. Di pihak lain semakin luas tuntutan pembatasan atau seleksi ketat penggunaan bahan pewarna buatan pada makanan dan minuman olahan.

Berikut resep untuk membuat pewarna daun suji.

Daun suji  cuci bersih 40 lembar
Daun pandan cuci bersih 3 lembar
150 ml air
¼ sdt air kapur sirih.
Daun Suji


Cara Membuat:
Potong-potong atau iris halus daun suji dan daun pandan. Tumbuk atau blender dengan menambahkan air dan air kapur sirih.Tuang campuran daun suji yang telah dihaluskan ke dalam saringanberlubang halus atau kain kasa. Peras airnya dan sisihkan ampasnya. Pewarna daun suji siap digunakan sesuai kebutuhan

 
     

Minggu, 17 Oktober 2010

Mengapa Vitamin C Penting ?

Vitamin C merupakan primadona yang mempunyai peranan penting dalam tubuh kita. memang tidaklah berlebihan bila para ahli mengkonsumsi vitamin C sebagai air, ketika tubuh kita diserang penyakit yang diasumsikan sebagai api.Memang ada kalanya tubuh kita memerlukan obat untuk penyembuhan,tetapi  sebaik apapun obat tetap mempunyai konsekuensi yang dapat mempengaruhi fungsi normal tubuh kita.
Oleh karena itu, vitamin C sebagai suplemen alami tetap lebih baik. Vitamin C dan kekebalan tubuh tidak bisa dipisahkan. Karena vitamin C yang berfungsi juga sebagai anti oxidan mempunyai peranan memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak sehingga sel-sel dala tubuh kita selalu baru. Dengan sel-sel tubuh yang baru dan bagus maka dengan sendirinya daya tahan tubuh kita akan selalu terjaga.
Kebutuhan kita akan vitamin C per harinya 60 mg/hari. Tetapi dalam keadaan tertentu  pada saat kondisi tubuh menurun atau sehabis sakit dan masa penyembuhan kebutuhan akan vitamin C semakin meningkat. Ketika vitamin C terpenuhi dalam tubuh kita maka kekebalan tubuh kita terhadap virus dan bakteri yang menyebabkan penyakitsemakin meningkat.

Tempura Masakan dari Jepang


Tempura
Tempura (天ぷ ,tenpura?) adalah makanan Jepang berupa makanan laut, sayur-sayuran, atau tanaman liar yang dicelup ke dalam adonan berupa tepung terigu dan kuning telur yang diencerkan dengan air bersuhu dingin lalu digoreng dengan minyak goreng yang banyak hingga berwarna kuning muda.
Tempura juga berarti cara menggoreng yang berbeda dengan furai (istilah bahasa Jepang untuk deep fry). Bahan makanan yang digoreng secara tempura dicelup ke dalam adonan tempura, sedangkan bahan makanan yang digoreng secara deep fry dibungkus secara berurutan dengan tepung terigu, kocokan telur, dan tepung panir.
Minyak goreng yang digunakan untuk menggoreng tempura sebaiknya minyak goreng yang bersih dan belum digunakan untuk menggoreng bahan makanan lain. Di restoran kelas atas yang menyediakan menu tempura, campuran minyak wijen yang harganya mahal dan minyak biji kapas sering dipakai untuk menggoreng tempura. Minyak bunga Camellia yang digunakan pegulat Sumo sebagai minyak rambut juga digunakan di beberapa restoran mahal untuk menggoreng tempura.
Minyak goreng yang dipakai untuk menggoreng tempura sering disebut minyak tempura (天ぷら油 ,tempura abura?) yang merupakan sebutan untuk berbagai jenis minyak goreng seperti minyak canola, minyak selada, dan minyak bunga matahari
Tempura bukan makanan asli Jepang. Menurut catatan yang bisa dipercaya, cara menggoreng dengan mencelup makanan dengan adonan tepung diperkenalkan oleh misionaris Katolik dari Portugis pada abad ke-16. Ada pendapat yang mengatakan kata "Tempura" berasal dari tradisi misionaris Portugis memakan makanan laut pada masa Pra-Paskah yang dalam bahasa Latin disebut ad tempora cuaresmae. Penjelasan lain mengatakan kata "Tempura" berasal dari bahasa Portugis temporas (masa suci), tempero (bumbu dapur), templo (kuil), atau tempora yang berasal dari bahasa Spanyol atau bahasa Italia.
Pada zaman Edo, tempura merupakan makanan rakyat yang dijual di kaki lima dengan harga terjangkau. Tempura yang digoreng dengan minyak goreng yang harganya mahal seperti minyak wijen dan minyak biji kapas kemudian menjadi menu yang disajikan restoran mahal di Tokyo dan Kyoto.
Pada awalnya, tempura adalah sebutan untuk masakan daerah Kyushu dan Okinawa yang digoreng dengan minyak goreng yang didatangkan dari luar Jepang. Sejak zaman dulu sebenarnya di Jepang sudah dikenal gorengan dari adonan ikan yang dilumatkan bercampur tepung yang disebut Satsuma-age. Tempura berupa gorengan makanan laut dan sayur-sayuran seperti yang dikenal sekarang ini baru dimulai sejak zaman Edo.
Tempura yang hanya terdiri dari sayur-sayuran disebut Shojin-age. Pada zaman Edo dikenal 2 jenis tempura berdasarkan bagian telur yang dipakai untuk adonan tepung, yaitu Kinpura (kuning telur saja) dan Ginpura (putih telur saja). Sebagian kecil penjual tempura yang kuat memegang tradisi masih mempertahankan kedua jenis tempura ini.Masakan Tionghoa juga mengenal sejenis tempura yang ditulis menggunakan aksara Tionghoa 軟炸 di depan nama bahan makanan, misalnya 軟炸蝦仁 untuk tempura udang.